Pengertian, Dampak, Dan Ciri-Ciri Resesi

Apa arti dari resesi?

Dalam ekonomi makro, resesi atau kemerosotan adalah kondisi ketika produk domestik bruto (GDP) menurun atau ketika pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun. Resesi dapat mengakibatkan penurunan secara simultan pada seluruh aktivitas ekonomi seperti lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan. Resesi sering diasosiasikan dengan turunnya harga-harga (deflasi), atau, kebalikannya, meningkatnya harga-harga secara tajam (inflasi) dalam proses yang dikenal sebagai stagflasi. Resesi ekonomi yang berlangsung lama disebut depresi ekonomi. Penurunan drastis tingkat ekonomi (biasanya akibat depresi parah, atau akibat hiperinflasi) disebut kebangkrutan ekonomi (economy collapse). Kolumnis Sidney J. Harris membedakan istilah-istilah atas dengan cara ini: "sebuah resesi adalah ketika tetanggamu kehilangan pekerjaan; depresi adalah ketika kamu yang kehilangan pekerjaan."
Sumber: wikipedia.com

Penyebab Resesi Suatu Negara

Guncangan Ekonomi - Peristiwa yang menyebabkan gangguan ekonomi yang meluas seperti yang terjadi sekarang ini dengan wabah COVID-19, bencana alam, perang, dll.

Kehilangan Kepercayaan Konsumen - Ketika masyarakat atau konsumen suatu Negara yang khawatir akan dampak ekonomi ini mayoritas mereka lebih memilih menyimpan uangnya dibandingkan untuk membelanjakannya. Sehingga penjualan suatu produkpun menurun yang mengakibatkan inflasi tinggi, yang berakibat masayarakt menunggu deflasi suatu produk akibatnya aktivitas ekonomi pun menyusut tajam yang salah satu akibatnya menghasilkan para pengangguran baru yang tidak memiliki daya beli. Hal ini dapat memperlambat perekonomian secara derastis singkatnya adalah daya beli masayarakat menurun derastis.

Suku Bunga Tinggi - Hal ini membuat harga-harga barang sekunder menjadi sangat mahal seperti properti, mobil, dan produk sekunder lainnya menjadi mahal. Dampak tersebut membuat perusahaan mengurangi  perencanaan dan pengeluaran mereka karena biaya produksi terlalu tinggi. Akibatnya rendahnya perputaran uang yang terjadi dan PHK masal.

Gelembung Aset - pembeli percaya akannya harga yang terus naik di aset mereka seperti saham dan real estate. Tetapi pada saatnya gelembung itu pecah orang atau perusahaan pemilik aset ini menjadi khawatir akan kehilangan aset mereka dan merka pun menarik pengeluaran untuk aset mereka ini yang berkibat membukanya jalan pada resesi ini.

Dampak-Dampak dari Resesi

  1. Menciptakan Pengangguran
  2. Orang-orang kehilangan rumahnya karena tidak mampu lagi mencicil rumahnya yang diakibatkan PHK atau tingkat penjualan menurun derastis.
  3. Adanya pemangkasan gaji bagi yang masih bekerja.
  4. Penjualan produk menurun.

Ciri-Ciri Negara Resesi

  1. Menurunnya permintaan konsumen akan segala produk
  2. Mahalnya harga barang
  3. Peluang ekonomi berkurang
  4. Penjualan melambat

Negara-Negara yang Terkena Resesi Selama COVID-19

  1. Singapura
  2. Australia
  3. Jepang
  4. Jerman
  5. Inggris
  6. Amerika Serikat

Apakah Indonesia Juga Akan Terkena Resesi di Tahun 2020 ini?

Kemungkinan besar iya. Dikutip dari detikfinance Mahfud MD menyampaikan:
Apa itu resesi dan dampaknya

"Sementara kehidupan ekonomi turun terus. Bulan depan hampir dapat dipastikan 99,9% akan terjadi resesi ekonomi di Indonesia," katanya saat memberikan sambutan dalam acara temu seniman dan budayawan Yogya di Warung Bu Ageng, Jalan Tirtodipuran, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Sabtu lalu (29/8/2020).
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad menyebut dampak resesi adalah maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK). Kemudian, pekerja yang memiliki kontrak jangka pendek kemungkinan tidak diperpanjang.

"Tentu saja perusahaan-perusahaan yang punya kontrak jangka pendek atau kontraknya terbatas misalnya, dia tidak akan dilanjutkan untuk perpanjangan kontrak. Kemungkinan itu terutama bagi industri-industri yang terpengaruh sampai akhir tahun bahkan sampai tahun depan seperti industri penerbangan dan sebagainya itu yang saya kira masih relatif terkendala," katanya kepada detikcom seperti ditulis, Senin (31/8/2020).

Senada, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal menjelaskan PHK banyak terjadi saat resesi karena permintaan atau konsumsi dari masyarakat akan menurun. Para pengusaha pun terpaksa harus melakukan efisiensi terhadap karyawannya.

"Masyarakat bawah daya belinya turun, masyarakat atas punya uang tapi dia berhati-hati dalam spending sehingga pelaku usaha itu kan bergantung kepada pembelian konsumen. Kalau yang beli sepi maka pelaku usaha, produsen-produsen, pabrik-pabrik yang jualan pasti akan turun dari sisi penjualan, kalau turun terpaksa dia melakukan efisiensi salah satunya PHK karyawan," jelasnya.

"Kalau banyak karyawan di PHK berarti pengangguran meningkat, kalau meningkat daya beli masyarakat turun dan kemiskinan bisa meningkat dan itu yang dirasakan,"

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama