Daftar Isi

Tahap lanjutan setelah pelaksanaan Asesmen Kompetensi Minimum adalah tahap Pelaporan hasil asesmen. Sesuai dengan tujuannya, Asesmen Kompetensi Minimum dirancang untuk memberikan informasi mengenai tingkat kompetensi dasar siswa, berupa kompetensi literasi membaca dan numerasi. 

Dari laporan hasil Asesmen Kompetensi tersebut, satuan pendidikan dapat melihat tingkat penguasaan kompetensi siswanya. Penguasaan kompetensi literasi membaca dan numerasi siswa dikategorikan dalam 4 tingkatan. Untuk lebih memahami penjelasan kompetensi pada setiap kategori, Anda dapat membaca infografik berikut ini:

Mengidentifikasi 4 Kategori Tingkat Penguasaan Kompetensi

Mengidentifikasi 4 Kategori Tingkat Penguasaan Kompetensi Asesmen

Tingkat kompetensi tersebut dapat dimanfaatkan guru berbagai mata pelajaran untuk menyusun strategi pembelajaran yang efektif dan berkualitas sesuai dengan tingkat kompetensi siswa. Dengan demikian “Teaching at the right level” dapat diterapkan. Pembelajaran yang dirancang dengan memperhatikan tingkat capaian siswa akan memudahkan siswa menguasai konsep, keterampilan dan konten yang diharapkan pada suatu mata pelajaran. Anda dapat membaca informasi selengkapnya pada tautan dibawah ini:


Menjelaskan Perbedaan Pembelajaran Berbasis Kompetensi dengan Berbasis Konten

Laporan hasil Asesmen Kompetensi Minimum yang menunjukan kategori kompetensi dasar sekolah, perlu ditindaklanjuti dengan perubahan strategi pembelajaran. Sejalan dengan tujuan Asesmen Nasional untuk mencapai kompetensi siswa dan peningkatan mutu pendidikan, maka praktik pembelajaran pun sedikit demi demi sedikit perlu berubah dari pembelajaran yang berbasis konten menuju pembelajaran yang berbasis kompetensi. 

Kompetensi diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik, misalnya mampu melakukan tugas atau pekerjaan secara efektif. Kompetensi juga mencakup pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal, atau bahkan keterampilan yang jauh lebih besar dan lebih beragam. Misalnya memimpin organisasi.

Pada pembelajaran berbasis kompetensi, siswa diharapkan mampu mendemonstrasikan pengetahuan, penguasaan konsep, dan keterampilan dalam dan sebagai proses pembelajaran. Karakteristik utama dari pembelajaran berbasis kompetensi adalah fokusnya pada tingkat penguasaan. Dalam sistem pembelajaran berbasis kompetensi, siswa melakukan pembelajaran sesuai dengan tahapan penguasaan kompetensinya hingga tuntas sebelum akhirnya mampu melanjutkan pada tahap penguasaan kompetensi berikutnya. Sebagai sebuah proses, pembelajaran berbasis kompetensi ini membutuhkan waktu sehingga sedikit demi sedikit siswa menunjukan penguasaan pengetahuan, konsep dan keterampilan untuk memecahkan masalah. Termasuk menunjukan karakter yang ingin dicapai. Bukan sekedar menguasai konten materi pembelajaran semata.

Kekuatan pembelajaran berbasis kompetensi terletak pada fleksibilitasnya karena siswa dapat bergerak dengan kecepatan belajar mereka sendiri. Ini mendukung siswa dengan latar belakang pengetahuan yang beragam, tingkat literasi yang berbeda dan bakat terkait lainnya. Tantangan pembelajaran berbasis kompetensi bagi guru antara lain adalah, kemampuan untuk mengidentifikasi tahapan kompetensi dasar siswa termasuk literasi dan numerasi. Namun laporan hasil AKM dapat membantu memetakan tahapan kompetensi siswa. 

Perbedaan Pembelajaran Berbasis Kompetensi dengan Berbasis Konten

Analisis Kategori Penguasaan Kompetensi untuk Tindak Lanjut Pembelajaran

Tidak semua siswa akan mencapai level mahir dalam waktu yang bersamaan. Akan tetapi setiap usaha dan proses yang dilakukan siswa untuk mencapai level yang lebih tinggi, tentu akan menunjukan peningkatan kinerja siswa. Dimana siswa menjadi lebih fasih dan terampil. Kefasihan mengacu pada kelancaran mereka dalam melakukan pekerjaannya. Siswa menjadi lebih yakin pada kemampuannya jika siswa dapat naik ke level penguasaan yang lebih tinggi. Keterampilan mengacu pada kemampuan untuk beradaptasi dan bereaksi terhadap situasi baru untuk “bergerak dengan cepat” berdasarkan informasi baru. 

Setiap kategori tingkat penguasaan kompetensi, sebagaimana telah dibahas pada aktivitas sebelumnya, tentu memiliki kebutuhan dan pendekatan tersendiri. Sebelum menentukan tindak lanjut yang tepat, Guru perlu menganalisis setiap kategori kompetensi siswanya.

Pada infografik berikut ini, disajikan contoh analisis tingkat kompetensi berdasarkan  kebutuhan, pendekatan, struktur pembelajaran. Penjelasan ini diadaptasi dari penjelasan tahapan penguasaan Marc Rosenberg (2012). Silakan membaca dan mencermatinya. 

Kategori Kompetensi dan Contoh Analisisnya

1. Perlu Intervensi Khusus

Kebutuhan

Sebagai pemula siswa biasanya memiliki persyaratan belajar yang sama dan perlu mempelajari keterampilan dan konten yang sama.

Cara Formal/lnformal

Para pemula membutuhkan strategi belajar yang lebih formal dan instruksional, yang memberikan pengalaman dan kesempatan belajar yang serupa kepada semua siswa pemula

Struktur Pembelajaran

Konten pembelajaran untuk pemula yang dan bersifat mendasar. Meskipun demikian kunci pembelajaran terletak pada alur pengajaran yang intensif dan program yang terstruktur.

Pendekatan

Training atau pelatihan intensif



2. Dasar

Kebutuhan

Siswa sudah mulai kompeten dan berusaha untuk mengasah keterampilan mereka saat mereka merasa nyaman.

Cara Formal/lnformal

Mengandalkan program pelatihan yang lebih maju yang mencakup lebih banyak latihan, simulasi, dan pemecahan masalah

Struktur Pembelajaran

Pembelajaran untuk siswa dengan tingkat kompeten dasar, masih didorong oleh program yang terstruktur, namun perlu pula mulai memperkenalkan lebih banyak variasi ke dalam desain pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan individu yang muncul.

Pendekatan

Coaching, simulasi, dan pemecahan masalah sangat penting untuk meningkatkan kinerja dan tingkat kenyamanan siswa pada tingkat kompetensi dasar.


3. Cakap

Kebutuhan

Siswa dengan tingkat kompetensi cakap memiliki kebutuhan belajar dan persyaratan kinerja yang semakin unik yang seringkali

tidak dipenuhi oleh program pembelajaran seperti pada tingkat yang sebelumnya

Cara Formal/lnformal

Pada tingkat kompetensi cakap, siswa diperkenalkan lebih banyak pada strategi pembelajaran informal. Dalam hal ini konteks lingkungan belajar bertransisi dari ruang kelas ke konteks yang lebih nyata.

Struktur Pembelajaran

Konten pembelajaran untuk siswa dengan tingkat kompetensi cakap menjadi lebih personal dan kurang terstruktur. Desain pembelajaran mulai bergeser pada demonstrasi kinerja.

Pendekatan

Mengelola pengetahuan yang sudah didapatkan serta memberikan dukungan kinerja pada siswa dengan tingkat kompetensi cakap diperlukan. Pembelajaran sosial muncul sebagai kesempatan belajar dan kinerja di dalam konteks di luar sekolah.


4. Mahir

Kebutuhan

Siswa yang telah mahir atau bisa disebut pada tahap ahli memiliki kebutuhan pembelajaran dan persyaratan kinerja masing-masing

master / pakar cenderung personal dan deskriptif mengenai dirinya sendiri. Unik dan berbeda dengan yang lain.

Cara Formal/lnformal

Bagi siswa dengan tingkat kompetensi mahir, pembelajaran merupakan aktivitas berbasis teman sebaya, kolaboratif, dan sosial. Mereka belajar dari satu sama lain.

Struktur Pembelajaran

Strategi dan lingkungan pembelajaran yang disesuaikan tersedia untuk setiap siswa mahir, termasuk peluang untuk melakukan lebih banyak penelitian secara mandiri dan kolaboratif.

Pendekatan

Pembelajaran yang sifatnya kolaboratif adalah kunci bagi siswa mahir. Termasuk pembelajaran yang melibatkan kemampuan untuk belajar melalui inovasi dan proses penemuan. Menjadi guru, mentor, atau pelatih bagi orang lain adalah strategi pembelajaran penting lainnya.


Merekomendasikan Strategi Pembelajaran Berdasarkan Hasil Laporan Asesmen Kompetensi Minimum

Dengan penjelasan dan ilustrasi yang diberikan diharapkan guru dan pemangku kepentingan pendidikan lainnya dapat memperoleh gambaran AKM secara komprehensif. Seperti telah disampaikan dan ditunjukkan, meskipun AKM tidak mengukur secara spesifik capaian belajar pada mata pelajaran, namun pelaporan hasil AKM dapat dimanfaatkan untuk perbaikan proses pembelajaran pada berbagai mata pelajaran. Tentunya dengan didasarkan pada analisis hasil laporan Asesmen Kompetensi Minimum.

Implikasi tingkat kompetensi pada pembelajaran dapat dilihat melalui contoh mata pelajaran IPS berikut ini. Disajikan bacaan berisi materi baru mengenai koperasi: menjelaskan definisi, fungsi, manfaat dan beragam contoh baik. Guru diharapkan menyesuaikan pembelajarannya sesuai tingkat kompetensi murid. Misalnya:

  1. Murid di tingkat Perlu Intervensi Khusus belum mampu memahami isi bacaan, murid hanya mampu membuat interpretasi sederhana. Guru IPS tidak cukup bertumpu pada materi bacaan tersebut. Murid perlu diberi bahan belajar lain secara audio, visual dan pendampingan khusus. 
  2. Murid di tingkat Dasar telah mampu mengambil informasi dari teks, namun tidak memahami secara utuh isi topik koperasi. Murid dapat diberi sumber belajar pendamping dalam bentuk catatan singkat atau simpulan untuk pemahaman yang utuh.
  3. Murid di tingkat Cakap mampu memahami dengan baik isi teks mengenai koperasi, namun belum mampu merefleksi. Murid dapat diberi pembelajaran identifikasi kondisi lingkungan murid, mengaitkan dengan fungsi dan manfaat koperasi. 
  4. Murid di tingkat Mahir mampu memahami isi bacaan dan merefleksi kegunaan koperasi dari teks yang diberikan oleh guru. Guru dapat melakukan pembelajaran berupa menyusun beragam strategi pemanfaatan koperasi.

Untuk melihat contoh-contoh ragam strategi pembelajaran berdasarkan kategori tingkat penguasaan kompetensi, Anda dapat membaca lebih jauh pada tautan berikut ini:


Segitiga Belajar: Kurikulum, Asesmen dan Pembelajaran

Apa sebenarnya peran asesmen dalam peningkatan kualitas pembelajaran murid? Apa keterkaitan antara asesmen, kurikulum dan pembelajaran dalam menyediakan pengalaman belajar murid yang berkualitas?
Segitiga Belajar: Kurikulum, Asesmen dan Pembelajaran

Asesmen seringkali dipersepsikan sebagai upaya menentukan nilai murid. Tidak heran apabila banyak dari kita yang berusaha keras melakukan upaya agar nilai murid kita setinggi mungkin. Nilai murid menjadi sasaran kinerja. Padahal peran asesmen yang pertama dan utama bukan lah menentukan nilai murid.

Peran pertama dan utama asesmen harus dilihat sebagai bagian dari proses pembelajaran yang utuh. Kerangka yang sering digunakan adalah segitiga belajar yang mengkaitkan antara asesmen, kurikulum dan pembelajaran. Segitiga belajar membantu kita tidak melihat asesmen, kurikulum dan pembelajaran sebagai aspek yang berdiri sendiri. Guru dan pemimpin sekolah dapat melakukan penyelarasan antar 3 aspek yang menentukan pengalaman belajar murid.

Dalam segitiga belajar, maka makna masing-masing segi adalah sebagai berikut:

Kurikulum: Seperangkat kompetensi yang penting dikuasai murid dengan menggunakan cara belajar dan asesmen tertentu. Pengembangan kurikulum, selain mengacu pada tantangan dunia nyata, hendaknya mengacu pada hasil asesmen dan refleksi praktik pembelajaran.

Pembelajaran: Serangkaian aktivitas yang dirancang dan dilakukan di ruang kelas berdasarkan kompetensi awal murid yang diketahui dari hasil asesmen dan untuk mencapai sasaran kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum. Pembelajaran memadukan informasi dari asesmen dengan informasi dari kurikulum. Keseimbangan antara paduan tersebut yang akan menghasilkan pembelajaran yang optimal.

Asesmen: Proses mengumpulkan, menganalisis dan melaporkan sejumlah informasi yang terkait pencapaian kondisi murid dan penguasaan suatu kompetensi tertentu. Asesmen diagnosis: asesmen di awal untuk merancang strategi pembelajaran. Asesmen formatif: asesmen sepanjang proses belajar untuk melakukan perbaikan dan penyesuaian pembelajaran. Asesmen sumatif: asesmen di akhir untuk menentukan level penguasaan kompetensi oleh murid.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama